Perkembangan teknologi di tahun 2025 semakin pesat dan membawa perubahan signifikan di berbagai sektor kehidupan. Beragam inovasi baru terus bermunculan dan disebut sebagai “Emerging Technologies” — yaitu teknologi yang masih tergolong baru, namun memiliki potensi besar untuk mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan lingkungan.

Berikut beberapa teknologi kebaruan yang menjadi sorotan global di tahun 2025 menurut laporan World Economic Forum (WEF) dan berbagai sumber riset teknologi internasional.

1. Baterai Struktur Komposit (Structural Batteries)

Bayangkan sebuah mobil listrik atau pesawat yang seluruh bodinya berfungsi sebagai baterai — itulah konsep dari Structural Batteries.

Teknologi ini menggabungkan fungsi penyimpan energi dengan elemen struktural, artinya rangka atau bodi kendaraan bisa menjadi tempat penyimpanan daya listrik tanpa memerlukan baterai terpisah.

Dampak positif:

• Mengurangi berat kendaraan listrik secara drastis.
• Efisiensi energi meningkat hingga 30–40%.
• Mendorong inovasi di sektor transportasi dan energi berkelanjutan.

Potensi di masa depan:

Teknologi ini dapat diterapkan pada mobil listrik, pesawat, bahkan perangkat elektronik portabel, sehingga dunia menuju era baterai yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

2. Terapi Hidup yang Direkayasa (Living Therapeutics)

Bidang bioteknologi juga mengalami lompatan besar melalui Living Therapeutics, yaitu terapi medis berbasis organisme hidup yang dimodifikasi secara genetik untuk melawan penyakit tertentu.

Contohnya, bakteri atau sel khusus yang dapat mengenali sel kanker dan menghancurkannya secara otomatis tanpa merusak jaringan sehat.

Dampak positif:

• Pengobatan penyakit kronis seperti kanker dan diabetes bisa menjadi lebih efektif.
• Mengurangi efek samping obat kimia.
• Membuka era baru dalam personalisasi pengobatan.

Tantangan:

• Regulasi keamanan dan etika masih terus dikembangkan.
• Biaya riset dan uji klinis masih tinggi.

3. Energi Osmotik (Osmotic Power)

Energi osmotic memanfaatkan perbedaan salinitas antara air laut dan air tawar untuk menghasilkan listrik.

Proses ini terjadi secara alami di muara sungai, dan kini ilmuwan berhasil mengembangkannya menjadi sumber energi bersih baru.

Keunggulan:

• 100% ramah lingkungan.
• Dapat menghasilkan energi terus-menerus selama ada perbedaan salinitas.
• Cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki banyak garis pantai.

Potensi di masa depan:

Energi osmotic bisa menjadi sumber listrik alternatif untuk wilayah pesisir, menggantikan bahan bakar fosil yang semakin terbatas.

4. Agentic AI (Kecerdasan Buatan yang Bertindak Mandiri)

Kecerdasan buatan (AI) kini tidak hanya sekadar alat bantu, tetapi sudah berkembang menjadi sistem yang mampu bertindak secara mandiri untuk mencapai tujuan tertentu tanpa intervensi manusia secara langsung.

Misalnya, AI yang mampu mengatur jadwal produksi pabrik, mendeteksi penipuan keuangan, hingga mengelola sistem logistik secara real-time.

Dampak positif:

• Efisiensi dan produktivitas meningkat drastis.
• Pengambilan keputusan lebih cepat dan berbasis data.
• Dapat mengurangi beban pekerjaan administratif.

Risiko yang perlu diwaspadai:

• Masalah etika dan keamanan data.
• Ketergantungan terhadap sistem otomatis.
• Kebutuhan regulasi yang jelas.

5. Neuroteknologi dan Antarmuka Otak-Komputer (Brain-Computer Interface)

Teknologi ini memungkinkan komunikasi langsung antara otak manusia dan perangkat komputer.

Melalui sensor saraf dan gelombang otak, seseorang bisa mengendalikan perangkat digital hanya dengan pikiran.

Aplikasi nyata:

• Membantu penyandang disabilitas menggerakkan prostetik (anggota tubuh buatan).
• Digunakan untuk pelatihan kognitif dan rehabilitasi otak.
• Berpotensi menjadi dasar dari “manusia digital” di masa depan.

Tantangan:

• Isu privasi data otak manusia.
• Potensi penyalahgunaan untuk pengawasan atau manipulasi mental.

6. Material Pintar (Smart Materials)

Material pintar memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, tekanan, atau cahaya.

Contohnya, kaca cerdas yang bisa berubah transparansi otomatis untuk menghemat energi bangunan, atau tekstil pintar yang bisa menyesuaikan suhu tubuh pengguna.

Keunggulan:

• Efisiensi energi bangunan meningkat.
• Inovasi besar di bidang arsitektur dan fesyen.
• Dapat diterapkan pada kendaraan, perangkat medis, hingga robotik.

Canon baru-baru ini meluncurkan model mirrorless full-frame barunya, yaitu EOS R6 Mark III. Model ini dirancang menjadi kamera serba bisa (hybrid) yang cocok untuk fotografer sekaligus videografer.

Artikel ini akan mengupas latar belakang, fitur utama, keunggulan, serta aspek yang mungkin perlu diperhatikan (termasuk dari perspektif pengguna seperti Anda yang aktif di organisasi/keuangan kampus).

1. Latar Belakang & Posisi Produk

Canon menyadari bahwa pasar mirrorless full-frame terus berkembang, terutama untuk pengguna yang membutuhkan fleksibilitas antara foto dan video. Seri R6 sebelumnya (Mark II) sudah populer sebagai kamera “mid-tier” yang mampu banyak hal. Dengan EOS R6 Mark III, Canon naikkan beberapa angka spesifikasi untuk tetap kompetitif dengan merek lain seperti Sony dan Nikon.

Tujuannya: memberi pilihan “sweet-spot” antara performa (resolusi, video) dan harga yang tidak setinggi flagship absolut.

2. Fitur Utama & Spesifikasi

Berikut beberapa fitur utama dari EOS R6 Mark III yang patut diperhatikan:

• Sensor Full-Frame 32,5 Megapiksel.
• Kecepatan rana elektronik hingga 40 fps untuk pemotretan berturut-turut (burst) dengan buffer besar.
• Stabilitas gambar dalam bodi (In-Body Image Stabilisation / IBIS) hingga ~8,5 stop (tergantung lensa) untuk pengambilan gambar tangan bebas.
• Kemampuan video canggih: merekam 7K RAW internal (Open Gate), 4K hingga 120 fps, Full HD hingga 180 fps.
• Slot kartu ganda: satu CFexpress Type B + satu SD UHS-II — mendukung kecepatan tinggi dan buffer besar.
• Autofokus dengan teknologi terbaru (Dual Pixel CMOS AF II) yang mampu mendeteksi orang, hewan, kendaraan, dll.
• Konektivitas WiFi 5GHz + Bluetooth, untuk transfer cepat dan integrasi workflow modern.
• Harga peluncuran sekitar US$2,799 untuk bodi saja.

3. Keunggulan bagi Pengguna

Mengapa kamera ini menarik, terutama jika mempertimbangkan kegiatan organisasi kampus, dokumentasi, atau penggunaan semi-profesional:

• Resolusi 32,5 MP memberikan fleksibilitas cropping atau cetak besar—berguna untuk dokumentasi acara HIMA, poster, materi kampus.
• Kombinasi kemampuan foto dan video yang kuat: Anda bisa merekam acara, presentasi, atau webinar dengan kualitas tinggi (4K atau bahkan 7K) sambil tetap bisa menghasilkan foto bagus untuk laporan/album organisasi.
• Stabilitas gambar (IBIS) membantu bila Anda memotret atau merekam tanpa tripod, kondisi cepat seperti aktivitas kampus.
• Autofokus cerdas: ketika aktivitas dinamis (misal acara outdoor HIMA, olahraga kampus), auto-tracking bisa sangat membantu.
• Dual-slot kartu: memudahkan backup sekaligus kecepatan pemrosesan—penting bila dokumentasi harus segera dibagikan ke tim.
• Konektivitas modern: memudahkan transfer hasil langsung ke komputer, perangkat seluler, atau cloud.

4. Hal yang Perlu Diperhatikan

Meski sangat bagus, ada beberapa poin yang mungkin menjadi pertimbangan:

• Harga dan cost total: selain bodi, lensa dan aksesoris (kartu cepat CFexpress, baterai ekstra, stabilizer) bisa menambah biaya cukup besar.
• Rekaman video kelas tinggi (7K RAW, 4K120) dapat menghasilkan file besar dan membutuhkan perangkat keras kuat untuk editing — pastikan workflow Anda mendukung.
• Meskipun disebut “semua bisa”, kamera ini tetap hambatan thermal atau batas perekaman panjang dalam kondisi ekstrem (misalnya suhu tinggi, live streaming panjang).
• Untuk pengguna yang hanya butuh foto biasa atau video standar 1080p/4K, spesifikasi ini mungkin “lebih dari cukup” — bisa jadi investasi yang sangat besar bila hanya digunakan sesekali.

Gartner memprediksi bahwa pengeluaran perusahaan (enterprise) untuk melawan misinformasi (informasi salah) dan disinformasi (informasi salah yang disebarkan dengan sengaja) akan melebihi US $30 miliar pada tahun 2028.

Organisasi harus melihat ancaman ini sebagai prioritas tingkat perusahaan (enterprise-wide) karena berdampak besar pada reputasi dan keuangan.

Alasan kenaikan pengeluaran

Tiga kekuatan utama yang mendorong meningkatnya ancaman mis/dis-informasi:

1. Komunikasi massal yang lebih murah dan dapat disesuaikan secara luas (mass-customised) melalui internet, media sosial, aplikasi mobile membuat pesan salah dapat menjangkau banyak orang dengan biaya rendah.
2. Kemudahan menghasilkan konten palsu yang makin realistis (deepfakes, audio/video palsu) menggunakan teknologi seperti AI generatif.
3. Potensi pengaruh yang lebih besar atas komunikasi karena ilmu perilaku (behavioral science), data besar (big data) dan AI memungkinkan pesan disesuaikan untuk mengubah pola pikir, keputusan, dan tindakan individu.

Pendekatan yang disarankan

Gartner menyarankan pendekatan terpadu yang disebut TrustOps yakni mengelola kepercayaan sebagai tujuan operasional, bukan sekadar hasil sampingan dari pemasaran atau kepatuhan.

Beberapa langkah kunci:

• Pembentukan Dewan Kepercayaan (“Trust Council”) yang melibatkan berbagai fungsi: komunikasi, TI, keuangan, hukum, HR, pemasaran.
• Jaringan kepercayaan (TrustNets) yang menciptakan “terowongan kepercayaan” melalui internet dengan verifikasi, transparansi, dan keamanan.

Empat tuas (levers) untuk melawan disinformasi

Gartner mengidentifikasi empat “lever” utama untuk memerangi disinformasi:

• Aturan, Tata Kelola & Proses: Menetapkan kebijakan dan praktik untuk prinsip‐prinsip kepercayaan dan meminimalkan ancaman dari teknologi dan aktor baru.
• Pendidikan (Education): Meningkatkan kesadaran di dalam organisasi, terutama kaitannya antara AI dan TrustOps, dengan tim lintas fungsi.
• Dorongan dan Insentif (Nudges & Incentives): Menggunakan teknik ilmu perilaku untuk mengurangi kerentanan terhadap konten yang meragukan—misalnya edukasi kepada konsumen, karyawan, mitra.
• Teknologi dan Alat (Technology & Tools): Adopsi alat seperti “narrative intelligence” untuk mendeteksi dan membongkar konten palsu atau operasi pengaruh yang menyebar di berbagai platform sosial.

Relevansi dan Implikasi

• Bagi perusahaan: Isu mis/dis-informasi bukan hanya masalah komunikasi atau pemasaran melainkan risiko strategis yang bisa menggoyahkan kepercayaan stakeholder (pelanggan, investor, karyawan).
• Bagi organisasi seperti HIMA atau struktur organisasi kampus: Meskipun skala berbeda, prinsipnya tetap memastikan informasi yang disampaikan anggota, pengurus, atau publik adalah sahih, transparan, bisa dipercaya.
• Untuk Anda secara pribadi (lulusan akuntansi & aktif organisasi): Memahami tren ini memberi keunggulan misalnya dalam audit internal, manajemen risiko komunikasi, atau membangun sistem pelaporan/organisasi yang lebih transparan dan dapat dipercaya.

Sumber : https://www.gartner.com/en/newsroom/press-releases/2025-10-21-gartner-predicts-enterprise-spending-on-battling-misinformation-and-disinformation-will-surpass-30-billion-dollars-by-2028

Pada tahun 2025, Internet of Things (IoT) mencapai fase pertumbuhan paling signifikan sejak teknologi ini berkembang satu dekade lalu. Menurut berbagai laporan industri global, jumlah perangkat IoT yang terhubung diproyeksikan meningkat sekitar 14%, mencapai 21,1 miliar perangkat secara global. Lonjakan ini mencerminkan transformasi besar dalam cara perangkat, bisnis, dan masyarakat memanfaatkan konektivitas digital.

1. Apa yang Mendorong Pertumbuhan IoT di 2025?

Beberapa faktor utama mempercepat pertumbuhan perangkat IoT tahun ini:

a. Peningkatan Ketersediaan Jaringan dan Infrastruktur

Jaringan 5G terus diperluas secara global, memberikan kecepatan dan latensi rendah yang ideal untuk perangkat IoT skala besar. Selain itu, jaringan LPWA (Low-Power Wide-Area) seperti NB-IoT dan LoRaWAN semakin matang untuk penggunaan industri.

b. Chipset IoT yang Semakin Murah & Efisien

Harga chipset konektivitas nirkabel (Wi-Fi, Bluetooth, Zigbee, dan LPWA) makin terjangkau, sekaligus lebih hemat daya. Hal ini memungkinkan lebih banyak perangkat—mulai dari sensor rumah tangga hingga mesin industri—dihubungkan secara real time.

c. Adopsi Masif di Sektor Industri

Sektor seperti manufaktur, logistik, ritel, dan energi mempercepat digitalisasi operasionalnya dengan sensor pintar, robot terhubung, serta sistem monitoring berbasis cloud.

d. Smart Home Semakin Mainstream

Perangkat rumah tangga terhubung seperti kamera CCTV smart, lampu pintar, smart AC, hingga asisten virtual kini banyak digunakan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

2. Segmen IoT yang Bertumbuh Paling Cepat

1. IoT Konsumen (Consumer IoT)

Produk seperti smartwatch, TWS, smart TV, dan perangkat smart home menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan. Selain harga yang menurun, fitur kesehatan & otomatisasi rumah membuatnya semakin relevan bagi pengguna.

2. Industri 4.0

Pabrik mulai memasang sensor untuk:

• Maintenance mesin berbasis prediksi (predictive maintenance)
• Kontrol kualitas otomatis
• Otomatisasi robot industri

3. Transportasi dan Logistik

Beberapa tren utama:

• Pelacakan kendaraan dan armada (fleet tracking)
• Sensor suhu untuk distribusi makanan/obat
• Smart warehouse dengan robot terhubung

4. Kesehatan Digital (Healthcare IoT)

Perangkat seperti remote patient monitoring, wearable kesehatan, hingga alat diagnosa real-time menjadi lebih umum digunakan.

3. Dampak Besar di Tahun 2025

a. Ledakan Data Global

Dengan miliaran sensor aktif, volume data global meningkat pesat. Hal ini mendorong:

• pertumbuhan cloud computing,
• solusi big data analytics,
• dan kebutuhan keamanan siber.

b. Otomatisasi Lintas Industri

IoT membuat banyak proses menjadi otomatis:

• penghematan energi di gedung,
• monitoring inventaris otomatis,
• hingga sistem keamanan cerdas.

c. Perubahan Cara Perusahaan Mengambil Keputusan

Keputusan tidak lagi mengandalkan asumsi, tetapi memakai data real-time.

4. Tantangan IoT Tahun 2025

Walaupun berkembang pesat, ada sejumlah hambatan yang perlu diperhatikan:

1. Keamanan Siber

Semakin banyak perangkat berarti semakin banyak celah potensial serangan. Perusahaan harus meningkatkan enkripsi, autentikasi, dan pembaruan firmware.

2. Fragmentasi Ekosistem

Masih banyak standar industri yang berbeda-beda. Kompatibilitas perangkat kadang sulit, terutama antar negara atau vendor.

3. Privasi Pengguna

Data sensor rumah dan wearable sangat sensitif. Regulasi dan kebijakan privasi makin diperketat.

5. Peluang di Indonesia

Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan IoT tercepat di Asia Tenggara. Sektor yang paling berpotensi di 2025–2026:

• Smart City (pemerintah daerah mulai digitalisasi layanan publik)
• Pertanian Pintar (sensor tanah, cuaca, dan irigasi otomatis)
• Retail & UMKM (POS terhubung, smart inventory)
• Pendidikan (monitoring aset kampus, lab otomatis)

Bagi mahasiswa, pencari kerja, maupun freelancer, literasi IoT bisa menjadi nilai tambah besar dalam dunia kerja digital.

Google Translate kini menghadirkan sebuah fitur baru berupa model picker — pengguna dapat memilih antara dua mode terjemahan: “Fast” (cepat) atau “Advanced” (akurasi tinggi). Fitur ini sedang dirilis secara bertahap dan saat ini sudah muncul untuk beberapa pengguna iOS.

Apa saja pilihan modelnya?

• Advanced: Mode ini ditujukan untuk terjemahan teks yang lebih kompleks, di mana konteks dan nuansa penting. Google mencantumkan bahwa “Advanced is supported for text translation only in select languages.”
• Fast: Mode ini lebih dioptimalkan untuk kecepatan — ketika Anda membutuhkan hasil terjemahan cepat dan kasual. Secara default, mode Advanced yang aktif.

Bagaimana cara menggunakannya?

1. Buka aplikasi Google Translate di perangkat Anda (hingga saat ini banyak dilaporkan muncul di iOS terlebih dahulu).
2. Di bagian atas aplikasi — tepat di bawah logo — akan muncul sebuah “pill-shaped” indikator atau tombol yang menunjukkan model aktif (Fast atau Advanced).
3. Ketuk tombol tersebut untuk membuka choice sheet (“Choose text translation model”) dan pilih antara Fast atau Advanced.
4. Perlu dicatat: fitur ini hanya berlaku untuk terjemahan teks (typed text) — tidak untuk fitur terjemahan langsung via kamera atau suara.

Kenapa fitur ini penting?

• Keseimbangan kecepatan vs akurasi: Sering kali, aplikasi terjemahan harus memilih antara memberikan hasil cepat atau hasil yang sangat akurat. Dengan chooser ini, pengguna memiliki kontrol.
• Peningkatan berbasis AI: Fitur ini adalah bukti bahwa Google semakin mengintegrasikan model besar (AI) dalam layanan terjemahannya — memperkuat kemampuan konteks dan kualitas terjemahan.
• Relevan untuk konteks profesional maupun sehari-hari: Jika Anda membutuhkan terjemahan cepat kampanye sosial media, mode Fast bisa mencukupi. Jika Anda menangani dokumen organisasi, laporan, atau komunikasi formal lintas bahasa (misalnya dalam organisasi kampus atau divisi), mode Advanced mungkin lebih cocok.

Pertimbangan & keterbatasan

• Saat ini, “Advanced” belum tersedia untuk semua pasangan bahasa — hanya untuk bahasa tertentu saja.
• Belum jelas apakah mode Advanced akan bebas biaya atau akan menjadi bagian dari paket premium (misalnya langganan). Ada spekulasi bahwa ini bisa terkait dengan layanan seperti Google AI Pro.
• Karena mode Advanced kemungkinan menggunakan model yang lebih kompleks (komputasi lebih besar), mungkin akan membutuhkan waktu lebih banyak atau koneksi yang lebih stabil untuk bekerja optimal.
• Fitur ini tidak menggantikan secara langsung semua terjemahan — untuk terjemahan suara, percakapan, atau dengan kamera, mode ini belum berlaku.

Implikasi praktis untuk Anda

Sebagai seseorang yang aktif dalam organisasi kampus (divisi sekretaris) dan memiliki latar belakang akuntansi, berikut beberapa saran bagaimana fitur ini bisa dimanfaatkan:

• Ketika Anda menyusun dokumen dalam dua bahasa (contoh: laporan bulanan organisasi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris), gunakan mode Advanced agar terjemahan lebih tepat terutama dalam istilah akuntansi/organisasi.
• Untuk komunikasi cepat (misalnya pesan singkat antar-anggota yang menggunakan bahasa asing), mode Fast bisa cukup dan lebih efisien.
• Perhatikan bahasa yang didukung oleh mode Advanced — jika pasangan bahasa Anda belum didukung, maka pilihan mungkin terbatas.
• Pastikan koneksi internet Anda baik ketika menggunakan mode Advanced agar pengalaman lebih lancar.
• Jika organisasi Anda mempertimbangkan penggunaan aplikasi/terjemahan lintas bahasa sebagai bagian dari kerja internasional atau kolaborasi, maka fitur ini bisa menjadi tambahan alat yang berguna.

Dalam satu dekade terakhir, konsep smart home menjadi simbol kemajuan teknologi modern. Mulai dari lampu otomatis, CCTV berbasis AI, smart lock, hingga kulkas yang dapat memesan bahan makanan sendiri — semua tampak menawarkan kemudahan hidup. Namun, memasuki tahun 2025, muncul fenomena baru yang cukup mengejutkan: sebagian pengguna justru mulai meninggalkan smart home dan kembali ke sistem rumah analog atau perangkat offline.

Tren ini dikenal dengan sebutan “Downgrading Smart Homes”.

Apa Itu Downgrading Smart Homes?

Downgrading smart homes adalah tren di mana pemilik rumah:

§ Melepas atau mematikan perangkat pintar

§ Mengganti sistem otomatis dengan kontrol manual

§ Beralih ke peralatan rumah tangga offline

§ Mengurangi ketergantungan pada WiFi dan aplikasi

Contohnya:

• Mengganti lampu pintar dengan lampu saklar biasa
• Menghapus smart lock dan kembali ke kunci mekanik
• Mengganti speaker smart assistant dengan speaker analog
• Menonaktifkan smart TV dan memakai monitor biasa
• Menghindari IoT appliances seperti smart fridge atau smart oven

Mengapa Tren Ini Muncul?

Berbagai survei dan diskusi publik mengungkap empat alasan utama:

1. Kelelahan Teknologi (Tech Fatigue)

Pengguna merasa lelah karena:

• Terlalu banyak aplikasi berbeda
• Update software yang tidak stabil
• Masalah teknis yang sering muncul
• Ketergantungan pada koneksi internet

Alih-alih mempermudah hidup, perangkat pintar kadang justru menambah kerumitan.

2. Kekhawatiran Privasi dan Data

Smart home selalu terhubung ke cloud dan sering mengumpulkan data pengguna.

Kekhawatiran yang muncul:

• Kamera rumah dapat diretas
• Data suara dari smart speaker tersimpan di server
• Aplikasi smart home mengakses lokasi atau aktivitas penghuni rumah

Banyak orang kini ingin kembali pada rumah yang “tidak memata-matai penghuninya”.

3. Masalah Keamanan Siber (Cybersecurity Risk)

Kian banyak kasus:

• Smart lock yang dibobol
• Baby monitor diretas
• CCTV online yang dapat diakses pihak luar
• Perangkat IoT dipakai untuk serangan DDoS

Rumah pintar berarti rumah yang selalu terhubung, dan itu membuatnya lebih terbuka terhadap ancaman digital.

4. Kendali yang Lebih Nyata dan Simpel

Beberapa pemilik rumah menyadari bahwa:

• Memencet saklar jauh lebih cepat daripada membuka aplikasi
• Perangkat mekanik lebih awet daripada perangkat IoT
• Tidak perlu menunggu sinkronisasi atau update firmware

Rumah analog menawarkan kesederhanaan dan kontrol langsung, sesuatu yang kini dianggap lebih bernilai.

Contoh Downgrading yang Banyak Terjadi

§ Mengganti Smart Lock → Kunci Biasa

Karena risiko diretas lebih tinggi daripada risiko kehilangan kunci.

§ Mengganti Smart Bulb → Lampu Manual

Tidak perlu koneksi, tidak perlu reset, tidak ada “error: cannot connect”.

§ Menonaktifkan Smart TV → Gunakan Monitor + TV Box Offline

Mengurangi tracking aktivitas menonton.

§ Melepas Smart Speaker → Speaker Analog

Untuk privasi dan rasa aman dalam ruang pribadi.

Siapa yang Mendorong Tren Ini?

Tren ini terutama muncul dari:

• Keluarga muda yang peduli privasi
• Pekerja remote yang ingin mengurangi distraksi
• Pengguna yang kecewa dengan smart home ecosystem yang tidak kompatibel antar merek
• Orang yang ingin hidup lebih “slow living” dan minimalis
• Pencinta perangkat retro

Meskipun tidak semua orang meninggalkan smart home, tren ini cukup besar untuk menjadi sorotan global.

Dampak bagi Industri Teknologi

Fenomena downgrading ini mengirim sinyal penting ke industri:

1. Kebutuhan akan perangkat hybrid

Perangkat yang bisa:

• tetap berfungsi manual
• namun punya opsi untuk fitur pintar
• Tanpa dipaksa selalu online.

2. Permintaan terhadap privacy-first technology

Brand di masa depan harus menekankan:

• enkripsi kuat
• mode offline
• minim pengumpulan data

3. Smart home yang “benar-benar membantu”

Pengguna hanya akan menerima teknologi yang:

• stabil
• mudah digunakan
• tidak mengganggu
• tidak mengharuskan langganan bulanan

Apakah Smart Home Akan Hilang? Tidak.

Tren downgrade tidak menghapus smart home.

Yang terjadi adalah:

·      Pengguna lebih selektif

·      Teknologi harus lebih manusiawi

·      Perangkat harus lebih aman dan sederhana

Industri smart home dipaksa untuk beradaptasi agar lebih ramah pengguna dan lebih menghargai privasi.