Konflik antara Iran dan Israel kembali memanas, menciptakan gelombang ketidakpastian yang melintasi batas-batas negara dan mengguncang fondasi ekonomi global. Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah bukanlah hal baru, namun setiap kali konflik bersenjata pecah atau eskalasi meningkat, dunia pun ikut merasakannya — terutama dalam sektor energi, pasar finansial, dan stabilitas perdagangan internasional.

1. Harga Minyak Melonjak, Dunia Ketar-Ketir

Salah satu dampak paling nyata dari konflik Iran-Israel adalah melonjaknya harga minyak mentah dunia. Iran merupakan salah satu produsen minyak utama di dunia dan memiliki posisi strategis di Selat Hormuz — jalur pelayaran penting tempat sepertiga dari total pasokan minyak dunia melewati setiap harinya. Ancaman blokade atau gangguan distribusi di jalur ini menyebabkan kepanikan di pasar energi.

Investor dan negara-negara pengimpor minyak besar seperti Tiongkok, India, dan negara-negara Uni Eropa mengalami tekanan harga yang signifikan. Kenaikan harga minyak berdampak langsung pada inflasi global, biaya produksi industri, serta harga logistik dan bahan pokok.

2. Ketidakpastian Mengguncang Pasar Finansial

Pasar saham global cenderung merespons ketegangan geopolitik dengan volatilitas tinggi. Indeks saham di berbagai negara mengalami penurunan drastis saat berita tentang serangan udara atau mobilisasi militer tersebar. Investor mencari tempat perlindungan yang lebih aman dengan mengalihkan dana ke aset-aset safe haven seperti emas, obligasi negara, dan dolar AS.

Bank sentral pun dihadapkan pada dilema: menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, atau mempertahankan suku bunga rendah untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas pasar modal.

3. Rantai Pasok Dunia Terancam

Ketegangan di Timur Tengah juga membawa efek domino pada rantai pasok global. Jalur perdagangan yang melewati kawasan tersebut terhambat, terutama yang berkaitan dengan energi, logistik, dan bahan baku industri. Perusahaan manufaktur dan logistik global mengalami keterlambatan pengiriman, kelangkaan bahan baku, serta biaya operasional yang meningkat.

Selain itu, negara-negara yang tergantung pada ekspor-impor dari kawasan Timur Tengah terpaksa menyesuaikan strategi pasarnya, bahkan beralih ke mitra dagang baru yang belum tentu memiliki kapasitas yang sama.

4. Efek Psikologis dan Ketidakpastian Jangka Panjang

Lebih dari sekadar angka, konflik ini menimbulkan efek psikologis bagi masyarakat dunia. Ketidakpastian jangka panjang membuat perusahaan ragu untuk berinvestasi, memengaruhi kebijakan ekonomi makro, dan memperlambat laju pemulihan ekonomi global pasca-pandemi.

Sementara itu, negara-negara berkembang yang sangat rentan terhadap perubahan harga komoditas dan arus modal asing bisa mengalami tekanan ekonomi yang lebih dalam.

Konflik antara Iran dan Israel adalah peringatan keras bahwa stabilitas geopolitik sangat berkaitan erat dengan stabilitas ekonomi dunia. Dalam dunia yang saling terhubung, krisis di satu wilayah dapat menjalar ke berbagai belahan bumi lainnya dalam hitungan jam. Oleh karena itu, penting bagi komunitas internasional untuk mencari solusi damai dan menekan eskalasi konflik — demi menjaga kedamaian dan kesejahteraan global.

Jakarta, 18 Juni 2025 – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) di angka 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Juni 2025. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kondisi makroekonomi domestik dan global yang masih diliputi ketidakpastian, khususnya dari sisi nilai tukar dan inflasi.

Latar Belakang: Suku Bunga Stabil Setelah Pemangkasan

Sejak September 2024, BI telah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali berturut-turut sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan global. Namun pada pertengahan 2025, BI memilih menahan suku bunga, sambil tetap memberikan sinyal bahwa pelonggaran tambahan masih mungkin dilakukan.

“Kami mempertahankan suku bunga sebagai bentuk kebijakan yang hati-hati (prudent), menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan tetap mendukung pemulihan ekonomi,” ujar Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia.

Inflasi Terkendali, Konsumsi Lemah

Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia masih terkendali di bawah target, yakni sekitar 1,6% (yoy), jauh di bawah batas atas BI yaitu 3%. Sementara itu, pertumbuhan kredit dan konsumsi rumah tangga masih melambat, menandakan adanya ruang bagi pelonggaran lebih lanjut untuk mendorong permintaan domestik.

Pemerintah Siapkan Stimulus Tambahan

Pemerintah Indonesia turut mengumumkan paket stimulus senilai USD 1,5 miliar (sekitar Rp 23 triliun) untuk memperkuat daya beli masyarakat, mendukung UMKM, dan mempercepat realisasi belanja infrastruktur.

Kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi diharapkan dapat menggerakkan kembali roda ekonomi yang sempat terhambat akibat ketidakpastian global, termasuk perlambatan ekonomi China dan volatilitas pasar keuangan.

Tantangan Global Masih Membayangi

Bank sentral juga mencermati potensi risiko dari:

• Ketegangan geopolitik di Asia Timur dan Timur Tengah,
• Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed (AS),
• Melemahnya harga komoditas ekspor unggulan Indonesia.

Kondisi ini membuat BI perlu berhati-hati agar tidak mempercepat pelonggaran sebelum rupiah dan pasar keuangan benar-benar stabil.

Prospek: Ada Ruang untuk Pelonggaran Lagi?

Analis memperkirakan bahwa jika kondisi pasar tetap terkendali dan inflasi tetap rendah, BI berpeluang memangkas suku bunga lagi pada kuartal keempat 2025, terutama jika pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target 5,1% tahun ini.

Kebijakan BI yang mempertahankan suku bunga menunjukkan pendekatan hati-hati dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan dukungan terhadap pertumbuhan. Dengan inflasi rendah dan konsumsi masih lemah, ruang pelonggaran moneter tetap terbuka di masa mendatang. Namun, BI juga harus tetap waspada terhadap tekanan eksternal dan volatilitas global yang bisa mengganggu kestabilan ekonomi nasional.

Juni 2025 menandai semakin kuatnya transformasi dalam dunia pendidikan. Di tengah derasnya arus teknologi dan tuntutan zaman, sistem pendidikan global—termasuk di Indonesia—bergeser menuju pendekatan yang lebih personal, digital, dan fleksibel.

1. Pembelajaran Adaptif dengan AI

Teknologi kecerdasan buatan kini digunakan dalam platform pembelajaran untuk menyesuaikan materi dengan gaya belajar masing-masing siswa. Sistem ini secara otomatis memberikan soal latihan yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta membantu guru memantau perkembangan secara real time.

2. Hybrid Learning Jadi Standar Baru

Model hybrid learning (gabungan pembelajaran tatap muka dan daring) kini menjadi norma, bukan lagi alternatif. Sekolah dan kampus mulai menerapkan fleksibilitas waktu dan tempat belajar, memungkinkan siswa belajar sesuai ritme dan kondisi masing-masing.

3. Kurikulum Berbasis Proyek & Keterampilan Masa Depan

Fokus pendidikan kini bergeser dari sekadar teori ke penguasaan keterampilan praktis, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Banyak institusi mengadopsi project-based learning dan memberikan ruang untuk eksplorasi minat siswa sejak dini.

4. Pendidikan Inklusif & Akses Digital Merata

Pemerintah dan organisasi non-profit memperluas akses pendidikan ke daerah tertinggal melalui program digitalisasi sekolah, pelatihan guru daring, serta distribusi perangkat belajar. Inklusivitas juga menjadi sorotan, termasuk bagi siswa dengan kebutuhan khusus.

Pendidikan di tahun 2025 tidak lagi hanya soal guru mengajar dan murid mendengarkan. Kini, pendidikan adalah ruang kolaboratif, teknologi mendukung semua proses, dan siswa didorong untuk aktif menjadi pembelajar seumur hidup. Transformasi ini membuka jalan menuju generasi yang lebih adaptif, kreatif, dan siap menghadapi masa depan.

Di era percepatan digital, dunia teknologi informasi mengalami lompatan besar dengan munculnya tiga pilar utama: Cloud Computing, Edge Computing, dan 6G/THz. Ketiganya membentuk fondasi transformasi digital generasi berikutnya—menghadirkan kecepatan, efisiensi, dan kapabilitas luar biasa dalam memproses dan mentransfer data secara real-time.

Cloud Computing: Skala Tanpa Batas

Cloud computing telah menjadi tulang punggung infrastruktur digital saat ini. Dengan konsep "akses dari mana saja", layanan cloud memungkinkan perusahaan dan individu menyimpan, mengelola, serta menjalankan aplikasi tanpa perlu memiliki perangkat keras sendiri.

Kelebihan utama:

• Skalabilitas: Kapasitas penyimpanan dan komputasi bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan.
• Efisiensi biaya: Tidak perlu investasi besar untuk server lokal.
• Fleksibilitas: Akses mudah dari berbagai perangkat dan lokasi.

Contoh layanan: Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, Microsoft Azure.

Edge Computing: Proses Data Lebih Dekat ke Sumbernya

Jika cloud adalah pusat data skala besar, maka edge computing adalah kebalikannya—komputasi yang dilakukan di dekat lokasi sumber data. Konsep ini muncul sebagai solusi atas kebutuhan kecepatan respons dan latensi rendah, terutama untuk aplikasi real-time seperti IoT, kendaraan otonom, atau pabrik pintar.

Keunggulan Edge:

• Latency rendah: Data diproses di dekat perangkat pengguna.
• Bandwidth hemat: Mengurangi beban jaringan ke pusat data.
• Respons lebih cepat: Penting untuk AI on-device dan analitik langsung.

Edge biasa diterapkan pada perangkat seperti sensor industri, kamera pengawas pintar, atau alat medis real-time.

6G & Teknologi Terahertz (THz): Masa Depan Jaringan Super Cepat

Setelah 5G mulai merata, para ilmuwan dan teknolog sudah bersiap menyambut 6G—generasi jaringan berikutnya dengan potensi kecepatan hingga 1 Tbps (terabit per detik). Salah satu kunci utama 6G adalah penggunaan frekuensi terahertz (THz) yang mampu membawa data dalam jumlah masif dengan latensi ultra-rendah.

Apa yang bisa dilakukan 6G/THz?

• Komunikasi holografik real-time
• Internet-of-Everything (IoE) skala penuh
• Smart city dan augmented reality ekstrem
• Kontrol kendaraan otonom dan robotik tanpa delay

Meskipun saat ini masih dalam tahap penelitian dan uji coba, negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman telah memulai pengembangan infrastruktur 6G sejak 2023.

Siapkah Kita?

Dengan semakin banyaknya perangkat terkoneksi, sensor pintar, dan kebutuhan akan kecepatan dan efisiensi, teknologi ini bukan hanya tren—tetapi kebutuhan. Kombinasi cloud, edge computing, dan 6G/THz akan mempercepat era hyperconnected society di mana hampir setiap objek fisik akan terhubung dan mampu "berpikir".

Catatan: Bagi pelaku bisnis, pengembang, hingga instansi pemerintah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai mempersiapkan infrastruktur dan keterampilan menuju masa depan digital ini.

Memasuki pertengahan tahun 2025, ekosistem startup teknologi di Indonesia menunjukkan geliat yang semakin kuat. Inovasi berbasis digital, solusi berbasis AI, hingga layanan untuk sektor UMKM menjadi sorotan investor dan masyarakat. Kuartal kedua tahun ini menjadi ajang pembuktian bagi beberapa startup yang berhasil mencuri perhatian karena pertumbuhan signifikan, pendanaan strategis, dan dampak nyata di lapangan.

Berikut adalah 5 startup teknologi Indonesia yang bersinar di kuartal kedua 2025:

1. EduNusa

Bidang: EduTech

Sorotan: Kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan

EduNusa berhasil mencuri perhatian dengan platform pembelajaran daring yang menyasar daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Pada Mei 2025, EduNusa resmi menjalin kemitraan strategis dengan Kemendikbud untuk distribusi konten belajar berbasis AI ke lebih dari 2.000 sekolah. Fitur unggulan mereka seperti "Asisten Belajar Cerdas" mendapat respon positif dari guru dan siswa.

2. PasarQ

Bidang: AgriTech

Sorotan: Pendanaan Seri A sebesar USD 8 juta

Startup ini menghubungkan petani langsung dengan pembeli melalui aplikasi berbasis lokasi dan transparansi harga. Di kuartal kedua, PasarQ sukses meraih pendanaan dari investor Singapura, yang akan digunakan untuk ekspansi ke wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Solusi logistik berbasis drone mereka juga mulai diuji coba di beberapa titik.

3. SolusiPay

Bidang: FinTech

Sorotan: Tumbuh 250% dalam jumlah pengguna aktif bulanan

SolusiPay menawarkan layanan pembayaran dan pembukuan digital untuk pelaku UMKM. Dengan pendekatan edukatif dan antarmuka sederhana, startup ini mengalami lonjakan pengguna, terutama dari kalangan pedagang pasar tradisional. Mereka juga baru saja meluncurkan fitur "Kredit Mikro Otomatis" berbasis skor transaksi.

4. RekuRasa

Bidang: FoodTech & Sustainability

Sorotan: Ekspansi 10 kota dalam 3 bulan

RekuRasa adalah platform yang menghubungkan restoran dengan bahan pangan sisa layak konsumsi, untuk didistribusikan sebagai makanan murah bergizi kepada masyarakat rentan. Program ini disambut baik oleh pemerintah kota dan LSM. Di kuartal kedua, RekuRasa memperluas operasionalnya ke 10 kota besar termasuk Bandung dan Surabaya.

5. Makerindo Prima Solusi

Bidang: teknologi informasi (IT)

Sorotan: dengan fokus pada pengembangan solusi kustom untuk berbagai industri melalui keahlian dibidang Embedded System, Internet of things, Industrial IoT dengan menggunakan aplikasi berbasis Web, Dekstop dan Mobile.

Kehadiran lima startup ini menegaskan bahwa inovasi dan adaptasi teknologi lokal adalah kunci kemajuan ekonomi digital Indonesia. Dengan kombinasi kreativitas, kolaborasi lintas sektor, dan keberanian menghadapi tantangan, mereka tidak hanya tumbuh secara bisnis, tapi juga memberikan dampak sosial yang nyata.

Melihat tren positif ini, dapat dipastikan bahwa kuartal ketiga dan keempat 2025 akan menjadi panggung berikutnya untuk startup teknologi lainnya menunjukkan taringnya di negeri sendiri.

Pengerjaan singkat hunian pekerja konstruksi (HPK) tahap 2 di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi bukti kemajuan konstruksi Indonesia. Dalam waktu singkat, toping off bangunan 4 lantai itu dikerjakan menggunakan Sandwich Panel.

Dengan menggunakan teknologi terkini, proses toping off bangunan empat lantai itu dapat diselesaikan dalam waktu singkat, 29 jam 26 menit 51 detik. Tak heran jika keberhasilan tersebut meraih rekor MURI.

Ketua Umum Asosiasi Rumah Modular Indonesia (ARMI) Nicolas Kesuma mengatakan, Sandwich Panel adalah sistem kontruksi modular yang dikembangkan dengan menggunakan komponen-kompunen baja yang dapat dikombinasikan dengan material lain. “Sandwich Panel memiliki modul yang dapat dipindahkan dan dibangun tanpa perlu menggunakan alat berat. Sehingga pengiriman menuju lokasi yang memiliki akses terbatas dapat dilalui.” terang Nicolas Kesuma di acara ulang tahun ke-36 PT Alsun Suksesindo bersama CP MEIJI, kolaborasi menjaga kesehatan dan stamina dengan mengkonsumsi yogurt, di Jakarta, Minggu (1/9/2024).

Menurut Nicolas, industri baja tahun ini diyakini akan memiliki kemajuan yang signifikan lantaran didorong oleh proyek pembangunan IKN . Peluang pasar baja masih menunjukkan tren positif di Indonesia melalui pembangunan infrastruktur dan berbagai konstruksi bangunan di Indonesia. “Kebutuhan akan baja ini amat besar, seperti atap metal, rangka baja ringan dan lainnya amat dibutuhkan. Apalagi di masa yang akan datang penggunaan kayu, asbes akan semakin berkurang. Jadi baja itu adalah masa depan. Produk dari bahan baja akan semakin banyak digunakan,” ucap Nico.

“Perusahaan yang telah memberikan kontribusi besar bagi pembangunan proyek-proyek di Indonesia. Baik di segmen industrial, komersial, residensial, medikal dan infrastruktur. Keberhasilan dalam membangun HPK tahap 2 di IKN, diharapkan dapat memacu semangat pekerja konstruksi,” ucap Nicolas.